MAKALAH - SEJARAH BATIK BANTEN
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Batik Banten adalah Batik yang berasal dari Provinsi Banten.
Sejak dipatenkan tahun 2003, Batik Banten telah mengalami proses panjang hingga
akhirnya diakui di seluruh Dunia. Batik banten memiliki 75 motif, 12 motif
pertama yang sudah dipatenkan, banten merupakan provinsi yang pertama kali
mematenkan batik, dengan tujuan agar kekayaan budaya indonesia di banten ini
tidak mudah dicuri Batik Banten dipatenkan setelah ada kajian di Malaysia dan Singapura yang diikuti 62 Negara
di dunia.
Batik Banten
mendapatkan predikat terbaik se-dunia. Setelah ada himbauan pada 5 Juni hari ×Batik sedunia, Banten menjadi Batikpertama yang punya hak paten
di UNESCO. Saat ini sudah ada 54 motif yang telah terdaftar dan telah
mendapatkan legitimasi dari lembaga hak intelektual tertinggi di
indonesia. design – design yang unik dan indah tersebut katanya bersumber
dari benda – benda kuno dari kesultanan banten. benda – benda kuno
bersejarah tersebut merupakan hasil ekskavasi/penggalian yang dilakukan oleh
para arkeolog.
Ada sekitar 20 motif batik ×Banten yang diberi penamaan berdasarkan filosofinya,
antara lain yaitu motif Sebakingking, Srimanganti, Pasulaman, Mandalikan,
Kawangsan, Kapurban, Surosowan, Pejantren, Pamaranggen, Pancaniti, Datulaya,
Langenmaita, Wamilahan, Panjunan, Kaibonan, Memoloan, Kesatriaan, Panembahan,
Singayaksa dan motif Pasepen.
Berbagai kajian pemanfaatan ragam hias
khas Banten telah ditransformasikan dan didesain
ke dalam media kain katun dan sutra yang disebut batik Banten. Batik ini kaya akan muatan filosofi yang
mengandung arti dalam setiap motif yang diambil dari toponim. Inilah tatanan
aset yang menjadi ciri khas batik Banten tersebut. Batik banten itu sudah masuk di kancah internasional,
bukan karena bentuk dan tatanananya saja, melainkan juga ciri khas yang
dimiliki.
Sejak dipatenkan
tahun 2003, batik Banten telah mengalami proses panjang hingga
akhirnya diakui di seluruh dunia. Batik Banten dipatenkan setelah ada kajian di Malaysia danSingapura yang diikuti 62 negara di dunia. Batik Banten mendapatkan predikat terbaik se-dunia. Setelah ada himbauan
pada 5 Juni hari batik sedunia, Banten menjadi batikpertama yang punya
hak paten di UNESCO. Bahkan kini Batik Banten telah berkembang ke berbagai mancanegara.
2.
Maksud dan Tujuan
Penyusunan makalah ini merupakan sebuah bentuk
pengaplikasian dari bagian proses pembelajaran yang cukup kompleks tentang seni
nusantara. Untuk memperjelas pengaplikasian tersebut, maka dapat di rumuskan
sebuah maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini.
a. Mengetahui sejarah
Batik Banten
b. Mengidentifiasi teori Seni
Terapan dalam Seni Batik Banten
c. Memenuhi
tugas yang diberikan guru mata pelajaran seni budaya
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Batik Banten
Berawal dari keterlibatan dalam berbagai kajian pemanfaatan
ragam hias khas daerah pada rancang bangun gedung-gedung pemerintah dan
pemerhati lingkungan pada penataan kota budaya ×Banten yang telah
berjaya dimasa lalu.
Ditengah masanya pengkajian benda-benda sejarah hasil
ekskavasi (penggalian) para Arkeolog, menjadikan inspirasi untuk mencapai
tujuan pembangunan kota yang berbudaya, dalam rangka mengisi dimensi kekinian
guna pra perencanaan pembangunan Anjungan Banten di TMII dan rancang bangun
RUMAH ADAT khas Banten serta merevitalisasi pada penataan bangunan sejarah di
Propinsi Banten.
Dengan rekonstruksi benda purbakala mengantarkan
perhatian para tokoh masyarakat, pemerintah daerah, bersama-sama arkeolog, Juni
2002 telah mengadakan pengkajian ragam hias selama enam bulan berhasil
menemukenali ragam hias khas Banten menjadi 75 motif berikut dikukuhkan oleh
pemerintah propinsi melalui Surat Keputusan Gubernur Banten nomor : 420/SK-RH/III/2003 tanggal
12 Maret 2003.
1.
Proses
Terjadinya Sebuah Cerita di balik Motif Batik Banten
Tahun
1976, ketika ×Pusat Penelitian Arkeologi mengadakan penelitian dan ekskavasi di
×Situs Keraton Surosowan yang merupakan Situs Keraton Kesultanan Banten,
ditemukan sejumlah gerabah dan keramik lokal yang berpola hias. Penelitian dan
pengamatan yang dilakukan dalam mengungkap keberadaan gerabah dan keramik
memperlihatkan adanya pola hias yang dikerjakan dengan beberapa teknik
dekorasi. Teknik dekorasi yang diterapkan pada gerabah dan keramik lokal Banten
ini antara lain teknik gores, teknik pukul (tatap berukir), teknik tekan (cap
dan bukan cap), teknik cubit, dan teknik tempel (dengan cetakan dan tidak
dengan cetakan). Lalu pola hias yang ditemukan dari rekonstruksi gerabah dan
keramik lokal ×Banten ini berjumlah 75 pola hias yang merupakan pola hias
tunggal dan pola hias gabungan (Hasan Muarif Ambary, dalam artikel Pakaian
Tradisional di Daerah Banten).
Peranan
gerabah dan keramik lokal ×Banten ini sangatlah penting bagi masyarakat kala
itu. Kegunaannyalah yang menjadikan gerabah dan keramik ini sangat berguna bagi
kehidupan keseharian masyarakat ×Banten sekitar abad ke-18 dan ke-19 M. Sebagai
barang kegiatan rumah tangga dan kegiatan industri seperti pembuatan alat logam
perunggu dan besi.
Dari
ke-75 motif hias yang terdapat dalam temuan gerabah dan keramik hasil
penelitian arkeologis di situs ×Keraton Surosowan inilah, Ir. Uke Kurniawan
seorang “Wong Banten” yang perduli terhadap kebudayaan daerahnya mengangkat
motif-motif tersebut menjadi motif batik khas ×Banten dan “menghidupkan”
kembali tradisi membatik di daerah ×Banten yang telah hilang selama lebih dari
200 tahun.
selain
motif dan corak Batik Banten yang arsitektural pada ragam hias tersebut diatas,
warna pada batik Banten pun berbeda dengan batik-batik lainnya di Indonesia,
warna pada Batik Banten cenderung abu-abu soft, menunjukan, sifat dan karakter
masyarakat Banten dengan berpenampilan yang selalu ingin sederhana. Nama motif
Batik Banten diambil dari nama toponim desa-desa kuna, nama gelar bangsawan
/sultan dan nama tataruang istana kerajaan Banten. Pada corakpun identik dengan
cerita sejarah yang mengandung filosofi (penuh arti) pada motifnya dengan
bermakna intelektual bagi pemakai bahan dan busana Batik Banten : These Clothes Tell Stories.
2.
Cirri khas batik Banten
Batik Baten memiliki
identitas tell story (motifnya bercerita) memilki khas tersendiri ketimbang batik lain.
Beberapa motifnya diadopsi dari benda-benda sejarah (artefak). Di setiap motif
terdapat warna abu-abu yang konon menjadi cermin Banten. Semua batiknya mengandung muatan filosofi.
Batik Banten memilki ciri yang khas dan unik karena di samping setiap motifnya
bercerita sejarah, juga
berasal dari benda-benda peninggalan seperti gerabah dan nama-nama penembahan
kerajaan Banten seperti Aryamandalika, Sabakingking, dan lain-lain.
75
Ragam Hias Khas Banten Rekontruksi Arkeologi
Nasional
1. Motif Batiknya, pola
dasar ragam hias berasal dari benda sejarah purbakala yang disebut ×Artefak Terwengkal hasil ekskavasi ×Arkeolog tahun 1976 di Banten.
2. Warnanya, apapun warnanya batik banten
cenderung warna abu-abu soff menunjukan karakter wong×Banten, ciri-ciri dari sifat warna
abu-abu soff antara lain : Cita-citanya, idenya, kemauannya, dan tempramennya cenderung
tinggi namun pembawaan selalu sederhana serta kalem/ ayu atau cantik warna
batiknya (pernyataan : Launching Batik Banten deskripsi 7 Professor).
3. Filosofi (Artinya) Nama Motif dan motif batik saling berkaitan dengan
sejarah Banten. Nama motif berasal dari “Toponim desa-desa kuna, nama gelar
bangsawan / sultan dan tata nama ruang di Kesultanan Banten”.
3.Karakter & Ekspresi Banten
Paduan
warna Batik Banten dipengaruhi oleh air dan tanah; yang dalam proses
pencelupannya mereduksi warna-warna terang menjadi warna pastel akibat
kandungan yang ada di dalamnya. Warna-warna tersebut, konon, cocok betul
menggambarkan karakter orang Banten yang memiliki semangat dan cita-cita
tinggi, ekspresif, tapi tetap rendah hati.
Masing-masing
motif batik kemudian diberi nama-nama khusus, yang diambil dari nama tempat,
ruangan, maupun bangunan dari situs Banten Lama, serta nama gelar di masa
Kesultanan Banten. Dan, sampai sekarang, sudah lebih dari 50 ragam hias yang
dituangkan dalam bentuk kain batik, bahkan 12 diantaranya telah dipatenkan
sejak tahun 2003.
Motif
yang mengambil nama tempat, diantaranya, Pamaranggen (tempat tinggal pembuat
keris), Pancaniti (bangsal tempat Raja menyaksikan prajurit berlatih), Pasepen
(tempat Raja bermeditasi), Pajantren (tempat tinggal para penenun), Pasulaman
(tempat tinggal pengrajin sulaman), Datulaya (tempat tinggal pangeran),
Srimanganti (tempat Raja bertatap muka dengan rakyat), dan Surosowan (Ibukota
Kesultanan Banten).
Sementara
motif dari nama gelar, antara lain, Sabakingking (gelar dari Sultan Maulana
Hasanudin), Kawangsan (berhubungan dengan Pangeran Wangsa), Kapurban
(berhubungan dengan gelar Pangeran Purba), serta Mandalikan (berhubungan dengan
Pangeran Mandalika).
Namun,
yang menjadi ciri khas utama Batik Banten adalah motif Datulaya, yang namanya
diambil dari tempat tinggal pangeran. “Datu itu artinya pangeran, laya tempat
tinggal," jelas Uke.
Motif
Datulaya memiliki dasar belah ketupat berbentuk bunga dan lingkaran dalam
figura sulur-sulur daun. Warna yang digunakan adalah motif dasar biru, dengan
variasi motif pada figura sulur-sulur daun abu-abu di dasar kain kuning.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Dunia internasional
menjulukinya ”The cloth style stories”, atau kain yang bisa bercerita.
Julukan
yang unik, juga amat menggoda. Tapi, alasannya jelas: di setiap warna dan motif Batik Banten, selalu
bercerita tentang sejarah Banten, utamanya
pada masa kejayaan Sultan Maulana Hassanudin.
Itulah
ciri khas Batik Banten yang tak
ada pada batik mana pun. Sampai-sampai ada yang berani mengungkap: kalau
ingin mempelajari sejarah Banten, kenali saja
batiknya.
Dibanding ”rekan-rekannya”,
asal-usul batik ×Banten lebih banyak terlacak. Bahkan, melalui
Surat Keputusan Gubernur Banten, pada Oktober 2003, tentang pembentukan
panitia peneliti batik Banten, pembudidayaan batik
langka ini terus dilakukan.
Dan, bicara
mengenai Batik Banten, sulit melepaskan diri dari sosok Uke Kurniawan, mantan
pejabat Dinas Pekerjaan Umum yang kini memfokuskan
diri pada pengembangan batik serta ragam hias tradisional Banten.
Uke bercerita.
Tahun 2002, ia bersama Hasan M Ambary, arkeolog yang banyak meneliti dan
menulis tentang×Banten,
melakukan penelitian di situs Banten Lama. Dari situ, mereka menemukan sekitar
75 ragam hias artefak langka.
2.
Keritik/Saran
Sepetutnya kita
sebagai orang Indonesia khusunya warga masayarakat Banten, harus berbangga diri
akan kekayaan budaya yang kita miliki, dan berusaha melestarikan budaya turun
menurun ini dengan seksama.
Agar bisa segera
memasyarakatkan ragam hias artefak tersebut, mereka memilih media yang paling
akrab dan paling mudah dipahami: batik. Maka, “lahirlah” Batik Banten, dengan
tampilan warna yang sangat meriah; gabungan dari warna-warna pastel yang
berkesan ceria namun lembut. Transformasi tersebut juga merupakan upaya-upaya
menghidupkan kembali seni hias×Banten yang telah hilang sejak abad ke-17