Selasa, 26 Agustus 2014

MAKALAH SEJARAH BATIK BANTEN | BATIK BANTEN | MOTIF BATIK BANTEN | CIRI - CIRI BATIK BANTEN |

MAKALAH - SEJARAH BATIK BANTEN

BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Batik Banten adalah Batik yang berasal dari Provinsi Banten. Sejak dipatenkan tahun 2003, Batik Banten telah mengalami proses panjang hingga akhirnya diakui di seluruh Dunia. Batik banten memiliki 75 motif, 12 motif pertama yang sudah dipatenkan, banten merupakan provinsi yang pertama kali mematenkan batik, dengan tujuan agar kekayaan budaya indonesia di banten ini tidak mudah dicuri Batik Banten dipatenkan setelah ada kajian di Malaysia dan Singapura yang diikuti 62 Negara di dunia.
Batik Banten mendapatkan predikat terbaik se-dunia. Setelah ada himbauan pada 5 Juni hari ×Batik sedunia, Banten menjadi Batikpertama yang punya hak paten di UNESCO. Saat ini sudah ada 54  motif yang telah terdaftar dan telah mendapatkan  legitimasi dari lembaga hak intelektual tertinggi di indonesia. design – design yang unik dan indah tersebut katanya bersumber dari  benda – benda kuno dari kesultanan banten. benda – benda  kuno bersejarah tersebut merupakan hasil ekskavasi/penggalian yang dilakukan oleh para arkeolog.
Ada sekitar 20 motif batik ×Banten yang diberi penamaan berdasarkan filosofinya, antara lain yaitu motif Sebakingking, Srimanganti, Pasulaman, Mandalikan, Kawangsan, Kapurban, Surosowan, Pejantren, Pamaranggen, Pancaniti, Datulaya, Langenmaita, Wamilahan, Panjunan, Kaibonan, Memoloan, Kesatriaan, Panembahan, Singayaksa dan motif Pasepen.
Berbagai kajian pemanfaatan ragam hias khas Banten telah ditransformasikan dan didesain ke dalam media kain katun dan sutra yang disebut batik Banten. Batik ini kaya akan muatan filosofi yang mengandung arti dalam setiap motif yang diambil dari toponim. Inilah tatanan aset yang menjadi ciri khas batik Banten tersebut. Batik banten itu sudah masuk di kancah internasional, bukan karena bentuk dan tatanananya saja, melainkan juga ciri khas yang dimiliki.
Sejak dipatenkan tahun 2003, batik Banten telah mengalami proses panjang hingga akhirnya diakui di seluruh dunia. Batik Banten dipatenkan setelah ada kajian di Malaysia danSingapura yang diikuti 62 negara di dunia. Batik Banten mendapatkan predikat terbaik se-dunia. Setelah ada himbauan pada 5 Juni hari batik sedunia, Banten menjadi batikpertama yang punya hak paten di UNESCO. Bahkan kini Batik Banten telah berkembang ke berbagai mancanegara.
2.      Maksud dan Tujuan
Penyusunan makalah ini merupakan sebuah bentuk pengaplikasian dari bagian proses pembelajaran yang cukup kompleks tentang seni nusantara. Untuk memperjelas pengaplikasian tersebut, maka dapat di rumuskan sebuah maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini.
a.      Mengetahui sejarah Batik Banten
b.      Mengidentifiasi teori Seni Terapan dalam Seni Batik Banten
c.      Memenuhi tugas yang diberikan guru mata pelajaran seni budaya

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Batik Banten
Berawal dari keterlibatan dalam berbagai kajian pemanfaatan ragam hias khas daerah pada rancang bangun gedung-gedung pemerintah dan pemerhati lingkungan pada penataan kota budaya ×Banten yang telah berjaya dimasa lalu.
Ditengah masanya pengkajian benda-benda sejarah hasil ekskavasi (penggalian) para Arkeolog, menjadikan inspirasi untuk mencapai tujuan pembangunan kota yang berbudaya, dalam rangka mengisi dimensi kekinian guna pra perencanaan pembangunan Anjungan Banten di TMII dan rancang bangun RUMAH ADAT khas Banten serta merevitalisasi pada penataan bangunan sejarah di Propinsi Banten.

 Dengan rekonstruksi benda purbakala mengantarkan perhatian para tokoh masyarakat, pemerintah daerah, bersama-sama arkeolog, Juni 2002 telah mengadakan pengkajian ragam hias selama enam bulan berhasil menemukenali ragam hias khas Banten menjadi 75 motif berikut dikukuhkan oleh pemerintah propinsi melalui Surat Keputusan Gubernur Banten nomor : 420/SK-RH/III/2003 tanggal 12 Maret 2003.


1.      Proses Terjadinya Sebuah Cerita di balik Motif Batik Banten

Tahun 1976, ketika ×Pusat Penelitian Arkeologi mengadakan penelitian dan ekskavasi di ×Situs Keraton Surosowan yang merupakan Situs Keraton Kesultanan Banten, ditemukan sejumlah gerabah dan keramik lokal yang berpola hias. Penelitian dan pengamatan yang dilakukan dalam mengungkap keberadaan gerabah dan keramik memperlihatkan adanya pola hias yang dikerjakan dengan beberapa teknik dekorasi. Teknik dekorasi yang diterapkan pada gerabah dan keramik lokal Banten ini antara lain teknik gores, teknik pukul (tatap berukir), teknik tekan (cap dan bukan cap), teknik cubit, dan teknik tempel (dengan cetakan dan tidak dengan cetakan). Lalu pola hias yang ditemukan dari rekonstruksi gerabah dan keramik lokal ×Banten ini berjumlah 75 pola hias yang merupakan pola hias tunggal dan pola hias gabungan (Hasan Muarif Ambary, dalam artikel Pakaian Tradisional di Daerah Banten).

Peranan gerabah dan keramik lokal ×Banten ini sangatlah penting bagi masyarakat kala itu. Kegunaannyalah yang menjadikan gerabah dan keramik ini sangat berguna bagi kehidupan keseharian masyarakat ×Banten sekitar abad ke-18 dan ke-19 M. Sebagai barang kegiatan rumah tangga dan kegiatan industri seperti pembuatan alat logam perunggu dan besi.

Dari ke-75 motif hias yang terdapat dalam temuan gerabah dan keramik hasil penelitian arkeologis di situs ×Keraton Surosowan inilah, Ir. Uke Kurniawan seorang “Wong Banten” yang perduli terhadap kebudayaan daerahnya mengangkat motif-motif tersebut menjadi motif batik khas ×Banten dan “menghidupkan” kembali tradisi membatik di daerah ×Banten yang telah hilang selama lebih dari 200 tahun.

selain motif dan corak Batik Banten yang arsitektural pada ragam hias tersebut diatas, warna pada batik Banten pun berbeda dengan batik-batik lainnya di Indonesia, warna pada Batik Banten cenderung abu-abu soft, menunjukan, sifat dan karakter masyarakat Banten dengan berpenampilan yang selalu ingin sederhana. Nama motif Batik Banten diambil dari nama toponim desa-desa kuna, nama gelar bangsawan /sultan dan nama tataruang istana kerajaan Banten. Pada corakpun identik dengan cerita sejarah yang  mengandung filosofi (penuh arti) pada motifnya dengan bermakna intelektual bagi pemakai bahan dan busana Batik Banten : These Clothes Tell Stories.

2.      Cirri khas batik Banten

Batik Baten memiliki identitas tell story (motifnya bercerita) memilki khas tersendiri ketimbang batik lain. Beberapa motifnya diadopsi dari benda-benda sejarah (artefak). Di setiap motif terdapat warna abu-abu yang konon menjadi cermin Banten. Semua batiknya mengandung muatan filosofi.
Batik Banten memilki ciri yang khas dan unik karena di samping setiap motifnya bercerita sejarah, juga berasal dari benda-benda peninggalan seperti gerabah dan nama-nama penembahan kerajaan Banten seperti Aryamandalika, Sabakingking, dan lain-lain.


75 Ragam Hias Khas Banten Rekontruksi Arkeologi Nasional            



Ada 3 perbedaan ×Batik Banten dengan Batik lain di ×Indonesia diantaranya adalah:
1.      Motif Batiknya, pola dasar ragam hias berasal dari benda sejarah purbakala yang disebut ×Artefak Terwengkal hasil ekskavasi ×Arkeolog tahun 1976 di Banten.
2.      Warnanya, apapun warnanya batik banten cenderung warna abu-abu soff menunjukan karakter wong×Banten, ciri-ciri dari sifat warna abu-abu soff antara lain : Cita-citanya, idenya, kemauannya, dan tempramennya cenderung tinggi namun pembawaan selalu sederhana serta kalem/ ayu atau cantik warna batiknya (pernyataan : Launching Batik Banten deskripsi 7 Professor).
3.      Filosofi (Artinya) Nama Motif dan motif batik saling berkaitan dengan sejarah Banten. Nama motif berasal dari “Toponim desa-desa kuna, nama gelar bangsawan / sultan dan tata nama ruang di Kesultanan Banten”.


3.Karakter & Ekspresi Banten

Paduan warna Batik Banten dipengaruhi oleh air dan tanah; yang dalam proses pencelupannya mereduksi warna-warna terang menjadi warna pastel akibat kandungan yang ada di dalamnya. Warna-warna tersebut, konon, cocok betul menggambarkan karakter orang Banten yang memiliki semangat dan cita-cita tinggi, ekspresif, tapi tetap rendah hati.

Masing-masing motif batik kemudian diberi nama-nama khusus, yang diambil dari nama tempat, ruangan, maupun bangunan dari situs Banten Lama, serta nama gelar di masa Kesultanan Banten. Dan, sampai sekarang, sudah lebih dari 50 ragam hias yang dituangkan dalam bentuk kain batik, bahkan 12 diantaranya telah dipatenkan sejak tahun 2003.

Motif yang mengambil nama tempat, diantaranya, Pamaranggen (tempat tinggal pembuat keris), Pancaniti (bangsal tempat Raja menyaksikan prajurit berlatih), Pasepen (tempat Raja bermeditasi), Pajantren (tempat tinggal para penenun), Pasulaman (tempat tinggal pengrajin sulaman), Datulaya (tempat tinggal pangeran), Srimanganti (tempat Raja bertatap muka dengan rakyat), dan Surosowan (Ibukota Kesultanan Banten).

Sementara motif dari nama gelar, antara lain, Sabakingking (gelar dari Sultan Maulana Hasanudin), Kawangsan (berhubungan dengan Pangeran Wangsa), Kapurban (berhubungan dengan gelar Pangeran Purba), serta Mandalikan (berhubungan dengan Pangeran Mandalika).

Namun, yang menjadi ciri khas utama Batik Banten adalah motif Datulaya, yang namanya diambil dari tempat tinggal pangeran. “Datu itu artinya pangeran, laya tempat tinggal," jelas Uke.

Motif Datulaya memiliki dasar belah ketupat berbentuk bunga dan lingkaran dalam figura sulur-sulur daun. Warna yang digunakan adalah motif dasar biru, dengan variasi motif pada figura sulur-sulur daun abu-abu di dasar kain kuning.






BAB III
PENUTUP

1.      Kesimpulan

Dunia internasional menjulukinya ”The cloth style stories”, atau kain yang bisa bercerita.
Julukan yang unik, juga amat menggoda. Tapi, alasannya jelas: di setiap warna dan motif Batik Banten, selalu bercerita tentang sejarah Banten, utamanya pada  masa kejayaan Sultan Maulana Hassanudin.
Itulah ciri khas Batik Banten yang tak ada pada batik mana pun. Sampai-sampai  ada yang berani mengungkap: kalau ingin mempelajari sejarah Banten, kenali saja batiknya.
Dibanding ”rekan-rekannya”, asal-usul batik ×Banten lebih banyak terlacak. Bahkan, melalui  Surat Keputusan Gubernur Banten, pada Oktober 2003, tentang pembentukan panitia peneliti batik Banten, pembudidayaan batik langka ini terus dilakukan.
Dan, bicara mengenai Batik Banten, sulit melepaskan diri dari sosok Uke Kurniawan, mantan pejabat Dinas Pekerjaan Umum yang kini memfokuskan diri pada pengembangan batik serta ragam hias tradisional Banten.
Uke bercerita. Tahun 2002, ia bersama Hasan M Ambary, arkeolog yang banyak meneliti dan menulis tentang×Banten, melakukan penelitian di situs Banten Lama. Dari situ, mereka menemukan sekitar 75 ragam hias artefak langka.
2.      Keritik/Saran
Sepetutnya kita sebagai orang Indonesia khusunya warga masayarakat Banten, harus berbangga diri akan kekayaan budaya yang kita miliki, dan berusaha melestarikan budaya turun menurun ini dengan seksama.
Agar bisa segera memasyarakatkan ragam hias artefak tersebut, mereka memilih media yang paling akrab dan paling mudah dipahami: batik. Maka, “lahirlah” Batik Banten, dengan tampilan warna yang sangat meriah; gabungan dari warna-warna pastel yang berkesan ceria namun lembut. Transformasi tersebut juga merupakan upaya-upaya menghidupkan kembali seni hias×Banten yang telah hilang sejak abad ke-17




Tidak ada komentar:

Posting Komentar